Setelah mendirikan kantin kejujuran sejak 2005, kini SMP Keluarga di Kudus, Jawa Tengah, berinovasi menyediakan fasilitas "telepon kejujuran" untuk semua siswanya. Telepon kejujuran ini didirikan sejak 2008, menyusul larangan bagi semua siswa membawa telepon seluler ke sekolah.
Demikian diungkapkan Basuki Sugita selaku Kepala SMP Keluarga, Jumat (18/6/2010) di Kudus. "Sejak beberapa tahun yang lalu, sekolah memang melarang siswa membawa fasilitas telekomunikasi ke sekolah. Hal ini dilakukan agar konsentrasi belajar siswa tidak terganggu dan untuk mencegah peredaran foto atau video porno," ujar Basuki.
Setelah kebijakan itu diterapkan, sejumlah siswa menurut Basuki sering meminjam telepon sekolah untuk menghubungi orangtua mereka dan sejumlah kepentingan lainnya. "Biasanya, mereka meminta orangtuanya untuk mengantarkan seragam olahraga karena lupa membawa atau permintaan untuk segera dijemput saat pulang sekolah," ucap Basuki.
Akhirnya, lanjut Basuki, pihak sekolah berinisiatif mendirikan fasilitas telepon kejujuran dengan menyediakan dua telepon genggam jenis GSM dan CDMA, serta satu sambungan telepon rumah.
Tanpa sanksi
Basuki mengakui, meskipun kantin kejujurannya menuai sukses karena masih bertahan sejak lima tahun lalu, fasilitas telepon kejujuran ini belum 100 persen sukses mendidik siswanya bersikap jujur dalam memanfaatkan fasilitas tersebut.
"Setiap bulan, kami masih menemukan sejumlah siswa yang nekat mengambil uang di tempat fasilitas telepon tersebut. Jumlahnya tergolong kecil, sekitar Rp 5.000. Nominal Rp 20.000 pernah sekali terjadi," ujarnya.
Dia mengatakan, siswa yang ketahuan mengambil atau tidak jujur dalam membayar sesuai ketentuannya, yaitu Rp 1.000 untuk setiap pemakaian telepon, tidak akan dikenakan sanksi. "Kalaupun ditemukan ada anak yang tidak jujur, kami hanya memberikan masukan dan nasihat agar hal itu tidak diulangi karena sikap tidak jujur juga menjadi cerminan kehidupan negara ini," ujarnya.
Basuki menegaskan, tidak ada pengawas sama sekali pada telepon kejujuran tersebut. Dengan demikian, setiap siswa yang memanfaatkan fasilitas tersebut lebih leluasa. Keleluasaan itu termasuk juga kemungkinan siswa melakukan kecurangan karena setiap siswa bisa membayar dan mengambil uang kembaliannya sendiri di kotak uang yang tersedia.
"Meskipun masih ada beberapa siswa yang tidak jujur, sikap yang dipraktikkan oleh sebagian besar siswa lainnya patut mendapatkan apresiasi," ujarnya.
Basuki berharap, sejumlah sekolah melakukan hal serupa untuk melatih siswa bersikap jujur sejak dini. "Kami optimistis, siswa yang dilatih bersikap jujur sejak dini akan tetap memegang teguh sikap mulia itu hingga dewasa nanti," harap Basuki.
Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2010/06/18/14580462/Dulu.Kantin..Kini.Telepon.Kejujuran...-5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar