Anda mungkin bisa menghabiskan istirahat siang dengan makan siang bersama teman-teman di mal yang jaraknya tak begitu jauh dari kantor. Namun sebagian orang yang lain tampaknya hampir tidak mungkin mendapatkan kemewahan semacam itu. Makan siang pun harus mereka lakukan sambil terus berada di depan komputer.
Jumlah karyawan yang kurang beruntung seperti ini cukup besar. Setidaknya, menurut penelitian terbaru dari Chartered Society of Physiotherapy, satu dari empat orang tidak mau -atau tidak bisa- beristirahat selama jam kerjanya. Bahkan sepertiga orang terpaksa melewatkan makan siangnya karena harus menangani pekerjaan yang menumpuk.
Bila hal ini juga terjadi pada Anda, sebaiknya Anda mulai membulatkan tekad untuk melupakan sejenak pekerjaan Anda. Bekerja keras boleh saja, tetapi istirahat juga perlu dilakukan. Sebab bila tidak, sejumlah penyakit menanti Anda. Dari nyeri punggung, obesitas, penyakit jantung, stroke, hingga depresi.
"Para fisioterapis prihatin karena orang yang bekerja berlebihan dan tidak beristirahat sebenarnya malah membuat perusahaan harus membayar lemburnya," ujar Phil Gray, CEO Chartered Society of Physiotherapy.
Ia menambahkan, hampir separuh dari orang yang disurvei mengatakan rasa sakit secara fisik yang mereka alami adalah akibat bekerja dalam posisi yang sama dalam waktu lama. Kemudian, 41 persennya merasa bahwa penyakit mereka bertambah parah karena stres yang berkaitan dengan pekerjaan.
Ia menambahkan, hampir separuh dari orang yang disurvei mengatakan rasa sakit secara fisik yang mereka alami adalah akibat bekerja dalam posisi yang sama dalam waktu lama. Kemudian, 41 persennya merasa bahwa penyakit mereka bertambah parah karena stres yang berkaitan dengan pekerjaan.
Artinya, perusahaan sebenarnya rugi jika memaksa karyawan bekerja habis-habisan. tak hanya harus membayar upah lembur, biaya pemeriksaan kesehatan yang ditimbulkan, belum lagi harus mencari karyawan lain karena berkurangnya produktivitas dan performa karyawan yang bersangkutan.
"Bekerja itu baik untuk kita, dan bisa memberikan kesejahteraan fisik dan mental. Tetapi ketika bekerja berlebihan membuat kita tak punya waktu atau energi untuk memperhatikan kesehatannya sendiri, atau ketika kita bekerja tetapi tidak dalam kondisi fit, tentu tidak baik lagi," kata Gray lagi.
Hasil penemuan ini akhirnya memang tidak hanya berguna bagi para karyawan, tetapi juga perusahaan, demikian menurut Ben Willmott, penasihat senior kebijakan publik untuk Chartered Institute of Personnel and Development. Stres dalam pekerjaan kadang-kadang memang akan dialami, tetapi ketika kita tidak sanggup menghadapi stres yang terus menerpa, sudah waktunya bagi Anda untuk cuti, atau bahkan, mempertimbangkan pekerjaan lain. Jangan sampai Anda keburu menerima akibat yang tidak menyenangkan, seperti depresi, gelisah, bahkan penyakit jantung.
"Bekerja itu baik untuk kita, dan bisa memberikan kesejahteraan fisik dan mental. Tetapi ketika bekerja berlebihan membuat kita tak punya waktu atau energi untuk memperhatikan kesehatannya sendiri, atau ketika kita bekerja tetapi tidak dalam kondisi fit, tentu tidak baik lagi," kata Gray lagi.
Hasil penemuan ini akhirnya memang tidak hanya berguna bagi para karyawan, tetapi juga perusahaan, demikian menurut Ben Willmott, penasihat senior kebijakan publik untuk Chartered Institute of Personnel and Development. Stres dalam pekerjaan kadang-kadang memang akan dialami, tetapi ketika kita tidak sanggup menghadapi stres yang terus menerpa, sudah waktunya bagi Anda untuk cuti, atau bahkan, mempertimbangkan pekerjaan lain. Jangan sampai Anda keburu menerima akibat yang tidak menyenangkan, seperti depresi, gelisah, bahkan penyakit jantung.
DIN
Editor: din
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar