Jumat, 21 Mei 2010

Belum Ada yang Bisa Deteksi Meteor Kecil


ESA/C Carreau
Asteroid Steins, salah satu asteroid besar yang tengah dipelajari para ilmuwan untuk mengungkap asal-usul alam semesta.
TERKAIT:
Meteorit Duren Sawit Kandung Unsur Cair
Meteor Kepala Bayi Akhirnya Dikembalikan
Lapan Minta Warga Tak Khawatir
Ancaman dari Antariksa
Ledakan di Duren Sawit akibat Tumbukan Meteorit

Sistem pemantauan angkasa di seluruh negara yang menguasai teknologi dirgantara, khususnya antariksa, belum ada yang mampu mendeteksi jatuhnya meteor berdiameter kurang dari 10 meter ke permukaan bumi. Hal itu disampaikan Deputi Program Riset IPTEK Kemenristek, Teguh Rahardjo saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (14/5/2010).

"Saat ini teknologi yang bisa mendeteksi benda angkasa yang bukan dari satelit itu masih tidak bisa dideteksi dini apalagi kalau ukurannya kurang dari diameter 10 meter. Sistem pendeteksi kesulitan mendeteksi pecahan meteroit yang kecil-kecil," katanya.

Hal senada dikatakan peneliti astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Prof Thomas Djamaluddin dalam kesempatan yang sama. Menurut Thomas, untuk mendeteksi sebuah meteor kecil membutuhkan biaya mahal. "Pendeteksian benda antariksa ukuran 140 meter saja mahal sekali. NASA mengusulkan dana Rp 2,5-4,5 triliun dalam 25 tahun. Untuk ukuran kecil teknologinya pasti lebih canggih, lebih mahal," kata Thomas.

Namun, untuk mendeteksi meteorit ukuran besar, kata Thomas, telah dibuat beberapa upaya internasional seperti program "Spaceguard" yang berusaha mendeteksi 90 persen asteroid dekat bumi yang berdiameter lebih dari 1 kilometer dan program NASA untuk mendeteksi asteroid diameter lebih dari 140 meter.

Thomas juga menyampaikan, meski sulit dideteksi sehingga sulit membuat peringatan dini, jatuhnya meteor kecil ke bumi menurut Thomas tidak berdampak siginfikan. "Dampaknya enggak akan berpengaruh di bumi, hanya dampak tumbukan dan panasnya," katanya.

Oleh karena itulah, penelitian-penelitian mengenai benda-benda langit, kata Thomas perlu terus dilakukan. "Kita bisa memahami bagaimana benda langit itu berdampak di bumi, dan tahu asal-usulnya," imbuh Thomas.

Sumber  : www.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar